Lewati navigasi

Monthly Archives: Februari 2010

Eksplorasi.

Eksplorasi adalah pelacakan atau penjelajahan atau dalam plasma nutfah tanaman dimaksudkan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis spesies tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Spesies yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Eksplorasi dilengkapi dengan denah penjelajahan yang menggambarkan tempat tujuan eksplorasi dan data paspor (memuat nama daerah plasma nutfah, kondisi biogeografi, dan ekologi).

Eksplorasi dilakukan dengan metode jelajah secara acak terwakili dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari tiap-tiap kawasan jelajah, sehingga tiap kawasan memiliki contoh yang bisa dijadikan sebagai pembanding dengan daerah lainnya. kawasan sampel ini bisa dibagi berdasarkan kebutuhan dan tujuan dari penelitian itu sendiri, misal pengumpulan data berdasarkan ketinggian lokasi, berdasarkan tingkat kelembaban, berdasarkan tipe habitat dan lain-lain.

metode eksplorasi ini juga bisa digunakan untuk melakukan inventarisasi (baik inventarisasi tumbuhan maupun hewan). untuk inventarisasi, Pengamatan dilakukan pada setiap kali penjumpaan. Jadi setiap kali berjalan dijumpai anggrek, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan populasi dan pengulangan penjumpaan dihitung sebagai frekuensinya. Persentase kemelimpahan dihitung dari penjumlahan persentase jumlah individu dan persentase frekuensi keterdapatannya.

beberapa contoh variabel yang sering digunakan dalam penelitian ekologi yang menggunakan metode ini:
data primer:

  1. Jenis: menerangkan nama spesies
  2. Ciri/ morfologi: menerangkan ciri yang nampak pada spesies yang dijadikan objek (daun, bunga, batang, warna, bentuk jejak, bentuk paruh dll)
  3. Jumlah: bisa jumlah jenis maupun jumlah individu. (berapa ekor, berapa jenis, berapa batang dll)
  4. Kondisi habitat: menerangkan keadaan yang terjadi pada habitat tersebut (semak belukar, berair, rawa, tajuk rapat dll)
  5. Kelembaban. dll

data sekunder

  1. iklim
  2. wawancara langsung dan tak langsung
  3. literatur

sekian dulu dari saya, untuk contoh penelitian metode eksplorasi silakan download link di bawah ini (sebenernya catatan di atas adalah rangkuman dari beberapa link di bawah ini)

Eksplorasi dan Karakterisasi Tanaman Anggrek di Kalimantan Tengah
M. Sabran, A. Krismawati, Y.R. Galingging, dan M.A. Firmansyah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan

Studi Keragaman Anggrek di Cagar Alam Gunung Simpang,
Jawa Barat
DWI MURTI PUSPITANINGTYAS
Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI, Bogor 16003.

Rekaman Baru Anggrek dari Pulau Wawonii
DIAH SULISTIARINI , SITI SUNARTI, HARRY WIRIADINATA
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani – Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor 16911

http://www.ziddu.com/download/8530172/ks_20.pdf.htm

Teknik Survival Di Hutan

Kegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang bersifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Alasan melakukan kegiatan di alam bebas antara lain sebagai sarana olahraga (sport) , kegemaran (hobby), pendidikan (education), penelitian (research), pelatihan (training) atau sekedar bersantai (refreshing) menikmati keindahan alam. Kegiatan ini sangat beragam tergantung tujuannya, antara lain mendaki gunung (hiking), panjat tebing (rock climbing), penelusuran gua (caving), arung jeram (rafting), menyelam (diving), selancar (surfing) atau praktek/praktikum lapangan di alam bebas.

Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam bebas adalah persiapan dan perencanaan kegiatan yang matang, meliputi persiapan alat/perlengkapan, kesehatan dan kondisi fisik, biaya selama kegiatan dan data informasi mengenai lokasi, jalur, medan serta cuaca. Kemanapun lokasi yang kita tuju, apapun jenis medan yang dilalui, seberapa buruknya cuaca yang dihadapi atau seberapa besar hambatan yang datang, bukanlah suatu masalah yang berarti jika dibekali dengan persiapan dan perencanaan yang matang. Sebaliknya bila tidak dipersiapkan dan direncanakan secara matang, maka akan menyebabkan kondisi darurat, sehingga memaksa kita harus bertahan hidup (survival) sebelum mendapatkan pertolongan atau keluar dari situasi dan kondisi yang tidak diharapkan tersebut. Pengetahuan tentang survival sangat diperlukan bagi orang yang biasa beraktivitas di alam bebas sebagai “senjata” yang bisa digunakan pada saat terdesak menghadapi kondisi darurat.

PERSIAPAN DAN PERENCANAAN KEGIATAN
Persiapan dan perencanaan kegiatan di alam bebas harus disesuaikan dengan jenis dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan persiapan dan perencanaan yang matang akan mengurangi resiko buruk yang mungkin timbul selama kegiatan, antara lain iklim/cuaca yang ekstrim, medan yang sulit dilewati atau sumber air yang kurang. Kondisi-kondisi tersebut harus diantisipasi sedini mungkin dengan persiapan fisik, mental, keterampilan (skill) dan data informasi. Sebelum melakukan kegiatan di alam bebas harus mempersiapkan dan merencanakan kegiatan dengan baik terutama informasi jalur, medan dan cuaca, kesehatan dan kondisi fisik, biaya perjalanan, kelengkapan identitas diri serta perlengkapan pakaian dan logistik.
Perencanaan kegiatan akan mempermudah mengorganisir kegiatan yang akan dilakukan, dengan mengeliminasi kemungkinan resiko buruk yang mungkin terjadi.

Perencanaan tersebut harus berdasar kepada “Pedoman 5 W +
1 H” yaitu Who, What, Why, When, Where dan How.

1. Who, siapa yang mengadakan kegiatan, dengan siapa kita pergi, siapa yang jadi pemimpin (leader) dan siapa yang paling berpengalaman di lapangan.

2. What, apa jenis kegiatannya, apa tujuannya, apa hambatannya, apa yang akan dilakukan dan perlengkapan apa yang harus dibawa.

3. Why, mengapa kita harus ikut dan mengapa memilih kegiatan tersebut.

4. When, kapan kegiatannya, berapa lama waktunya, siang atau malam dan pada musim apa kegiatan tersebut dilakukan.

5. Where, dimana tempat kegiatannya, dimana tempat mencari bantuan terdekat.

6. How, bagaimana mencapai lokasi kegiatan dan bagaimana menghadapi resiko buruk yang mungkin terjadi.

Dari semua persiapan yang dilakukan, ada satu hal yang paling penting untuk diperhatikan yaitu pengetahuan mengenai diri sendiri terutama daya fisik dan mentalnya. Usaha lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan adalah memberitahukan segala rencana kegiatan kita secara rinci kepada orang lain termasuk perubahan rencana di tengan jalan dengan menuliskan pada secarik kertas yang dibungkus plastik dan ditempelkan di pohon atau menyampaikan kepada pendaki lain.

PERLENGKAPAN DAN PENGEPAKAN (PACKING)
Perlengkapan yang harus dipersiapkan tergantung kepada kebutuhan, tujuan, jenis dan lamanya kegiatan. Perlengkapan yang terlalu banyak akan membuat tidak efektif dan efisien, sedangkan perlengkapan yang terlalu sedikit tidak bisa memenuhi kebutuhan selama kegiatan. perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan di alam bebas terdiri dari perlengkapan pribadi, perlengkapan kelompok dan perlengkapan teknis.

1. Perlengkapan Pribadi
Perlengkapan pribadi adalah barang-barang perlengkapan untuk memenuhi semua kebutuhan pribadi tanpa mengandalkan orang lain, yaitu:

  1. Sepatu (harus kuat, lentur, aman/safety , nyaman, anti selip) dan kaos kaki (cukup tebal, kuat, nyaman dan terbuat dari wol atau sintetis)
  2. Pakaian lapangan (nyaman, tahan lama, cepat kering, melindungi tubuh dari berbagai kondisi lingkungan dan terbuat dari polyester atau polypropilena atau memenuhi 3 W yaitu wicking, warmth, water/wind proofing)
  3. Tas/ransel (kokoh, bahannya kuat, tahan air dan mempunyai sabuk pinggang untuk mengurangi goyangan ransel)
  4. Ponco/rain coat
  5. Perlengkapan tidur (bersih, kering, hangat dan nyaman terdiri dari pakaian tidur, matras, kantong tidur/sleeping bag dan jaket/sweater)
  6. Perlengkapan mandi (handuk, sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan shampo)
  7. Air minum dan makanan (harus cukup kualitas dan kuantitasnya)
  8. Alat navigasi (kompas, peta, altimeter dan GPS=Global Positioning System)
  9. Alat tulis (ballpoint, buku dan pensil)
  10. Perlengkapan penunjang (menunjang kegiatan yang dilakukan, seperti HT (handy talkie), HP (hand phone), pelindung pacet/gaithers, kelambu dan lainnya)
  11. Survival kit yang terdiri dari pisau serbaguna, alat pancing, jarum jahit, benang, tali jerat, gunting, cermin, peluit, kompas, ketapel, karet, lup, peniti, korek api dalam kemasan kedap air, makanan berkalori tinggi, senter, obat-obatan, radio komunikasi dan balon.

2. Perlengkapan Kelompok

Perlengkapan kelompok adalah barang-barang perlengkapan yang dibawa untuk memenuhi kebutuhan semua anggota kelompok, yaitu tenda, obat-obatan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaaan), peralatan masak dan makan, golok serta tali.

3. Perlengkapan Teknis

Perlengkapan teknis adalah perlengkapan yang digunakan untuk beraktivitas di alam bebas, tergantung jenis dan tujuan kegiatan. Perlengkapan kegiatan hiking berbeda dengan kegiatan caving, begitu juga dengan kegiatan yang lainnya.

4. Packing

Packing adalah pengepakan barang-barang yang sudah terdata dan pasti akan dimasukkan ke dalam ransel. Packing akan memudahkan pengambilan barang saat diperlukan, membagi titik berat pada ransel dan menjaga keseimbangan ransel sehingga tidak terlalu berat jika dibawa.

Prinsip packing adalah barang yang berat diletakkan di bagian atas ransel dan sedekat mungkin ke bagian tubuh, menempatkan barang yang penting dan sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau serta mengelompokkan barang-barang dan melindunginya dengan membungkusnya dalam plastik (trash bag). Prinsip memanfaatkan ruangan yang ada di dalam ransel seefisien mungkin.

Buatlah daftar barang (checklist) dan periksa kembali pada saat barang dimasukkan ke ransel, untuk menghindari adanya barang yang tertinggal. Checklist merupakan petunjuk yang dapat membuat suatu prosedur yang teratur dan membangkitkan kepercayaan diri kepada pemula.

NAVIGASI DARAT
Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan, baik di medan perjalanan atau di peta. Navigasi terdiri atas navigasi darat, sungai, pantai dan laut, namun yang umum digunakan adalah navigasi darat. Navigasi darat adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang menentukan suatu tempat dan memberikan bayangan medan, baik keadaan permukaan serta bentang alam dari bumi dengan bantuan minimal peta dan kompas. Pekerjaan navigasi darat di lapangan secara mendasar adalah titik awal perjalanan (intersection dan resection), tanda medan, arah kompas, menaksir jarak, orientasi medan dan resection, perubahan kondisi medan dan mengetahui ketinggian suatu tempat.


1. Alat-alat navigasi terdiri dari:

  1. Kompas adalah alat untuk menentukan arah mata angin berdasarkan sifat magnetik kutub bumi. Arah mata angin utama yang bisa ditentukan adalah N (north = utara), S (south = selatan), E (east = timur) dan W (west = barat), serta arah mata angin lainnya yaitu NE (north east = timur laut), SE (south east = tenggara), SW (south west = barat daya) dan NW (north west = barat laut). Jenis kompas yang umum digunakan adalah kompas sylva, kompas orientasi dan kompas bidik/prisma.
  2. Altimeter adalah alat untuk menentukan ketinggian suatu tempat berdasarkan perbedaan tekanan udara.
  3. Peta adalah gambaran sebagian/seluruh permukaan bumi dalam bentuk dua dimensi dengan perbandingan skala tertentu.
  4. Jenis-jenis peta terdiri dari peta teknis, peta topografi dan peta ikhtisar/geografi/wilayah. Bagian-bagian peta antara lain judul, nomor, koordinat, skala, kontur, tahun pembuatan, legenda dan deklinasi magnetis.
  5. GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio-navigasi global yang terdiri dari beberapa satelit dan stasiun bumi. Fungsinya adalah menentukan lokasi, navigasi (menentukan satu lokasi menuju lokasi lain), tracking (memonitor pergerakan seseorang/benda), membuat peta di seluruh permukaan bumi dan menentukan waktu yang tepat di tempat manapun.

2. Menentukan arah tanpa alat navigasi

selain menggunakan alat-alat navigasi, kita juga dapat menentukan arah mata angin dengan tanda-tanda alam dan buatan, yaitu:

  1. Tanda-tanda alam yaitu matahari, bulan dan rasi bintang
  2. Tanda-tanda buatan yaitu masjid, kuburan dan membuat kompas sendiri dari jarum/silet yang bermagnet dan diletakkan di atas permukaan air
  3. Flora dan fauna:
  • Tajuk pohon yang lebih lebat biasanya berada di sebelah barat
  • Lumut-lumutan Parmelia sp. dan Politrichum sp. biasanya hidup lebih baik (lebat) pada bagian barat pohon
  • Tumbuhan pandan hutan biasanya cenderung condong ke arah timur
  • Sarang semut/serangga biasanya terletak di sebelah barat pepohonan

3. Mencegah dan menanggulangi keadaan tersesat
Tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju. Hal tersebut biasanya disebabkan karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu
titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas.
hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain:

  • Selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
  • Selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki
  • Tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan
  • Perhatikan objek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung
  • Pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut jika dilihat dari arah berlawanan
  • Pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa
  • Gunakanlah kompas sebelum tersesat
  • Belajar membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angin
  • Jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.

Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah S T O P, yaitu:
S = Seating, berhenti dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
T = Thinking, berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
O = Observation, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari
P = Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan anda lakukan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah:

  1. Membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk
  2. Tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan
  3. Orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi/memanjat pohon
  4. Gunakan kompas dan peta (alat navigasi) atau indikator alam
  5. Buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak
  6. Tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapun
  7. Memanfaatkan situasi dengan menunggu bala bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya.

SURVIVAL

Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah berusaha mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapatkan pertolongan. survival adalah suatu kondisi dimana seseorang/kelompok orang dari suatu kehidupan normal (masih sebagaimana direncanakan) baik tiba-tiba atau tanpa disadari masuk ke dalam situasi tidak normal (di luar garis rencananya). Orang yang melakukan survival disebut survivor. Survival yang biasa dilakukan yaitu di hutan/alam bebas sehingga disebut juga jungle survival. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang disebabkan alam, kecelakaan, gangguan satwa atau kondisi lainnya.
Setiap huruf dari kata survival merupakan singkatan dari langkah-langkah yang ahrus kita ingat dan lakukan yaitu:
S : Size up the situation
U : Undue haste makes waste
R : Remember where you are
V : Vanguish fear and panic
I : Improve
V : Value living
A : Act like the native
L : Learn basic skill
Secara umum aspek-aspek dalam kondisi survival dibagi tiga yang saling mempengaruhi dan berkaitan yaitu aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan, bosan), aspek fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah) dan aspek lingkungan (panas, dingin, kering, hujan).
1. Komponen pokok survival terdiri atas:

  • Sikap mental berupa hati yang kuat untuk bertahan hidup, mengutamakan akal sehat, berpikir jernih dan optimis
  • Kondisi fisik yang fit dan kuat
  • Tingkat pengetahuan dan keterampilan
  • Pengalaman dan latihan
  • Perlengkapan berupa survival kit.

2. Langkah-langkah survival

  • Jika tersesat lakukan tindakan pedoman STOP (Seating, Thinking, Observation, dan Planning)
  • Lakukan pembagian tugas kepada anggota kelompok
  • Tetap berusaha mencari pertolongan
  • Hemat terhadap penggunaan makanan, minuman dan tenaga
  • Hindari dan jauhi masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu dari diri sendiri, orang lain dan alam.

3. Kebutuhan dasar survival
a. Air
Syarat-syarat fisik air bersih yang layak untuk diminum adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Sumber air antara lain mata air, sungai, air hujan, embun, tumbuhan (rotan, pisang, lumut, akar gantung, kantung semar), hasil kondensasi tumbuhan dan air galian tanah.
b. Makanan
Saat sumber makanan yang dibawa semakin berkurang, kita dapat
memanfaatkan sumber makanan dari alam berupa flora (tumbuhan) dan fauna
(hewan). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan adalah buah, batang, daun dan akar
(umbi).
Hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tumbuhan:

  • Hindari tumbuhan berwarna mencolok
  • Hindari tumbuhan bergetah putih, kecuali yang sudah dikenal aman dimakan
  • Mencoba mencicipi sedikit atau mengoleskan ke kulit. Biasanya tumbuhan yang berbahaya akan menimbulkan efek gatal, merah dan panas pada tubuh.
  • Variasikan makanan yang dimakan untuk menghindari akumulasi zat yang mungkin buruk bagi kesehatan
  • Jangan memakan tumbuhan yang meragukan untuk dimakan.
  • Hampir semua unggas dan ikan dapat dijadikan sumber makanan, begitu juga dengan beberapa jenis serangga, reptil dan mamalia. Kendala utama untuk mendapatkan hewan-hewan liar tersebut adalah cara menangkapnya. Oleh karena itu perlu membuat perangkap (trap) untuk mempermudah menangkap hewan liar tersebut.

c. Shelter
Shelter adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan kenyamanan dan melindungi dari keadaan panas, dingin, hujan dan angin. Shelter dapat menggunakan alam yang ada seperti gua, lubang pohon dan celah di batu besar. Selain itu dapat dibuat dari tenda, plastik dan ponco atau menggunakan bahan dari alam seperti daun-dauanan atau ranting.
d. Api
Api berguna untuk penerangan, meningkatkan semangat psikologis, memasak makanan dan minuman, menghangatkan tubuh, mengusir hewan buas membuat tanda/kode, dan merokok. Sumber api berasal dari korek api, lup/teropong, menggosok-gosokkan kayu dnegan kayu, membenturkan logam dengan logam atau batu.
Ada hal lain yang menentukan lamanya kita berada pada kondisi survival, yaitu keputusan apakah kita akan menetap (survival statis) atau bergerak keluar mencari bantuan (survival dinamis).

PENUTUP
Survival adalah berusaha mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapatkan pertolongan. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang sulit diprediksi/diperkirakan seperti disebabkan oleh alam, kecelakaan, gangguan
satwa atau kondisi lainnya. Persiapan dan perencanaan kegiatan adalah salah satu langkah untuk mengantasipasi kondisi darurat yang mungkin terjadi di lapangan. Hal ini termasuk peralatan/perlengkapan dan pengetahuan dasar mengenai survival. Namun hal yang paling menentukan adalah faktor diri sendiri.

Sumber :
Tito Sucipto
Addy, S. 2002. Petunjuk Praktis Mendaki Gunung. Effhar. Semarang
Edwin, N. 1987. Mendaki Gunung: Sebuah Tantangan Petualangan. Aya Media
Pustaka. Jakarta.
Ismunandar, R. 1992. Olahraga Camping. Dahara Prize. Semarang.
Rimpala. 1994. Materi Latihan Dasar Rimpala. Rimbawan Pecinta Alam Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rimpala. 1997. Makalah Kuliah Pembekalan Praktik Kerja Lapang (PKL) Mahasiswa
Fakultas Kehutanan IPB. Rimbawan Pecinta Alam Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rimpala. 1998. Diktat Pendidikan dan Latihan Dasar Rimpala. Rimbawan Pecinta
Alam Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rimpala. 2002. Diktat Pendidikan dan Latihan Dasar Rimpala. Rimbawan Pecinta
Alam Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yudiawan, D. 2002. Panduan Praktis Berpetualangan di Alam Bebas: Cerdas dan
Tangkas Menjelajahi Alam Bebas. Puspa Swara. Bandung.

Anggrek

Seperti banyak diketahui oleh umum bahwa Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi. Bentuk dan warna bunga serta karakteristik lainnya yang unik menjadi daya tarik tersendiri dari spesies tanaman hias ini sehingga banyak diminati oleh konsumen, baik di dalam maupun luar negeri. Anggrek yang paling banyak disukai adalah dalam bentuk tanaman pot.

Menurut para ahli botani, di dunia terdapat lebih dari 30.000 spesies anggrek. Di Indonesia, plasma nutfah anggrek diperkirakan lebih dari 5.000 jenis (Rukmana 2000), sekitar 80% genera dan spesies anggrek berada di kawasan Asean (Amiarsi et al., 1996).

Anggrek merupakan anggota dari famili Orchidaceae yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang banyak tersebar dan beraneka ragam di dunia. Anggota dari suku ini dapat ditemukan di seluruh dunia, kecuali padang pasir yang kering dan daerah yang selalu tertutup salju. Jenis anggrek yang terdapat di dunia berkisar antara 17.000-35.000. Kontribusi anggrek Indonesia dalam khasanah anggrek dunia cukup besar. Dari 20.000 spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, 6.000 di antaranya berada di hutan Indonesia (Widiastoety et al., 1998; Sandra 2002).

Salah satu cara/metode untuk menginventarisasi jenis anggrek di alam yaitu metode Eksplorasi. Eksplorasi adalah pelacakan atau penjelajahan atau dalam plasma nutfah tanaman dimaksudkan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Plasma nutfah yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sentra anggrek dan daerah terisolir. Eksplorasi dilengkapi dengan denah penjelajahan yang menggambarkan tempat tujuan eksplorasi dan data paspor (memuat nama daerah plasma nutfah anggrek, kondisi biogeografi, dan ekologi).

di bawah ini saya sertakan juga satu judul penelitian anggrek yang menggunakan metode eksplorasi di daerah kalimantan…
bagi yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau mirip silakan di download link di bawah…. semoga bermanfaat…

Eksplorasi dan Karakterisasi Tanaman Anggrek di Kalimantan Tengah
M. Sabran, A. Krismawati, Y.R. Galingging, dan M.A. Firmansyah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan

Studi Keragaman Anggrek di Cagar Alam Gunung Simpang,
Jawa Barat
DWI MURTI PUSPITANINGTYAS
Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI, Bogor 16003.

Rekaman Baru Anggrek dari Pulau Wawonii
DIAH SULISTIARINI , SITI SUNARTI, HARRY WIRIADINATA
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani – Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor 16911

http://www.ziddu.com/download/8530172/ks_20.pdf.html

Elephas maximus

Gajah Asia (Elephas maximus) di ekosistem Sumatra dan Sri Lanka mempunyai ukuran binatang yang besar dan rata-rata umur bertahan sampai puluhan tahun. Gajah berperan sangat penting dalam mempengaruhi habitat dan memelihara keanekaragaman biologi secara besar-besaran. Gajah Asia adalah herbivora besar, yang menurut definisi mengacu pada mamalia pemakan tumbuhan. (Owen-Smith dalam Santiapillai,1988).

Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah yang paling kecil dari ketiga subspesies dari Gajah Asia, dan merupakan endemic untuk Pulau Sumatra. Sebelum terjadi perusakan besar-besaran pada habitatnya, gajah secara luas tersebar di seluruh Sumatra pada ekosistem yang beragam, Gajah Sumatra ditemukan sampai hutan primer pada ketinggian di atas 1,750 m di Gunung Kerinci Barat Sumatra (Freywyssling, 1933 dalam Satiapillai. 2007).
Habitat yang paling disukai adalah hutan dataran rendah, dari berbagai ekosistem di daerah jelajahnya. Di masa lalu, ketika habitatnya belum rusak, gajah mengadakan migrasi luas. Pergerakan ini pada umumnya mengikuti aliran sungai. Gajah berpindah dari daerah gunung ke dataran rendah pantai selama musim kering dan naik ke bukit satu kali ketika hujan datang (Van Heurn, 1929; Pieters, 1938 dalam Satiapillai. 2007).

Gajah sumatera mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung belalai memiliki satu bibir. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4 kuku di kaki belakang. Berat gajah sumatera dewasa mencapai 3.500-5000 kilogram, lebih kecil dari Gajah Afrika.

Gajah Sumatera dewasa dalam sehari membutuhkan makanan hingga 150 kilogram dan 180 liter air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 40% saja yang mampu diserap oleh pencernaannya. Untuk memenuhi nafsu makan ini Gajah Sumatera melakukan perjalanan hingga 20 km perharinya. Dengan kondisi hutan yang semakin berkurang akibat pembalakan liar dan kebakaran hutan, tidak heran jika nafsu makan dan daya jelajah bintang berbelalai ini sering terjadi konflik dengan manusia.

Sebagaimana spesies gajah asia lainnya, Gajah Sumatera tidur sambil berdiri. Selama tidur, telinganya selalu dikipas-kipaskan. Ia mampu mendeteksi keberadaan sumber air dalam radius 5 kilometer. Gajah Sumatera, mengalami masa kawin pada usia 10-12 tahun. Dan akan melahirkan anak 4 tahun sekali dengan masa mengandung hingga 22 bulan.

Populasi satwa ini di seluruh pulau Sumatera tinggal 2400-2800 ekor dan terus berkurang.  Populasinya tersebar di tujuh provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung. Bahkan diyakini sejak 2007 telah menghilang dari Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas.

file PDF :

(wwf) gajah_bahasa

Elephasmaximussumatranus

gajah-sumatera

Sumber:

http://alamendah.wordpress.com/2009/12/06/gajah-sumatera-sehari-makan-150-kg/

http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Sumatera